Talk Show yang diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2024 ini membahas mengenai Certiport: sebuah penyedia sertifikasi terkemuka di dunia yang telah melaksanakan program serupa di kawasan Asia Pasifik. Pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana keberhasilan program ini di luar negeri dan bagaimana kita dapat menerapkannya di Indonesia?

Profesor Didi dari Universitas Pendidikan Indonesia mengungkapkan adanya kesenjangan keterampilan di antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan industri saat ini, yang menyebabkan rendahnya upah dan tingginya tingkat pengangguran di kalangan mahasiswa. Fokus pemerintah pada Indikator Kinerja Utama (IKU) pertama, yaitu kerja mandiri, kerja di sektor swasta, atau melanjutkan studi, mendorong pentingnya sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa, seperti sertifikasi literatur IT yang bekerja sama dengan ITC. Program Indikator Kinerja Utama (IKU) kedua hingga delapan merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan IKU-1, dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menciptakan program magang sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan program studi, seperti abdimas, praktek mengajar, dan magang. Selain itu, Profesor Didi menyoroti pentingnya peningkatan kemampuan berbahasa Inggris di Indonesia untuk mendukung globalisasi, meskipun masih tertinggal jika dibandingkan dengan India.

Pak Dadan menegaskan visi Indonesia Emas pada tahun 2045, di mana memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan kunci posisi strategis bagi Generasi Z saat ini. Dia mendorong mahasiswa untuk tidak hanya memusatkan perhatian pada jurusan mereka, tetapi juga untuk menghasilkan karya, melakukan riset, dan menciptakan inovasi baru. Pentingnya kolaborasi dan interaksi dengan dunia luar perguruan tinggi juga diungkapkan sebagai faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas SDM. Dia menyoroti pentingnya menumbuhkan bakat dan mengembangkannya, mirip dengan apa yang telah dilakukan India dengan sukses, di mana warga India banyak yang kembali ke negara mereka setelah menyebar ke berbagai negara dan menduduki posisi penting, sementara banyak orang Indonesia cenderung tidak kembali ke tanah air setelah belajar di luar negeri.

Mandaar Barve, seorang Engineer dari India, mengungkapkan dalam paparannya bahwa berbagai universitas menghadapi tantangan serupa tergantung pada jenis universitas yang mereka hadiri. Dia menyoroti bahwa perguruan tinggi terbaik memiliki peluang kerja yang baik, sedangkan perguruan tinggi rata-rata memperoleh pekerjaan yang sebanding. Dia juga mencatat peran penting kerja sama antara Pusat Pengembangan Keterampilan Nasional (NSDC) dalam menciptakan kompetensi yang diperlukan untuk setiap keterampilan, serta investasi dalam kurikulum dan penilaian untuk meningkatkan tingkat keterampilan. Barve membandingkan upaya Thailand dan Vietnam dalam literasi digital dan pendidikan vokasional yang menjadi kewajiban, dengan memulai pembelajaran IT sejak dini di sekolah. Dia juga menyebutkan banyaknya program pengembangan guru dan peran penting yang dimainkan oleh India dalam dunia perusahaan TI. Dia menyoroti bahwa setiap disiplin sekarang membutuhkan pemahaman tentang IT, dengan kursus terintegrasi yang disediakan, seperti bidang teknik sipil yang didukung oleh IT, serta pendidikan kesehatan. Barve menekankan bahwa pendidikan tinggi di India disampaikan dalam Bahasa Inggris, dan bahwa IT dan Bahasa Inggris memiliki hubungan yang erat.